
ACTNews, LEBAK
– Hujan lebat terus-menerus mengguyur beberapa titik di Provinsi Banten pada Februari ini. Pekan lalu, banjir bahkan masih terjadi di Kecamatan
Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten.
Kendati banjir sudah surut, korban terdampak masih menghuni sejumlah titik pengungsian darurat hingga Jumat (14/2) ini. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Cabang ACT Banten Nurhijrah Muhammad.
“Sudah sekitar sepekan ini warga-warga Kecamatan Lebakgedong yang terdampak banjir mengungsi. Terutama yang kita kunjungi, yakni Desa Cigobang. Di sana sampai ada empat titik pengungsian yang tersebar di beberapa wilayah. Mereka sekarang tinggal di tenda-tenda dari terpal yang dibantu didirikan oleh relawan,” tutur Nurhijrah.
Tanah yang rawan longsor menjadi
penyebab warga belum berani untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.
Sehingga, warga memilih bertahan di pengungsian, sekalipun banyak kebutuhan
sehari-hari mereka yang kian mendesak.
Kondisi salah satu pengungsian di Lebak. (ACTNews/Akbar)
“Pengungsi di sini cukup banyak,
sekitar 150 kepala keluarga yang tersebar di 4 titik. Mereka saat ini
membutuhkan pangan, terpal, air bersih, kasur, karpet, sampai selimut,” jelas
Nurhijrah.
ACT Banten telah mengunjungi Desa
Cigobag pada Kamis (13/2) kemarin untuk memberikan bantuan darurat kepada warga
yang sedang mengungsi. Bantuan logistik dan pangan sudah didistribusikan oleh
tim pada hari itu.
“Kita sudah mendistribusikan
bantuan logistik dan pangan berupa nasi boks. Pengungsian ternyata juga sulit
untuk dijangkau karena akses yang rusak akibat banjir, sehingga bantuan mesti
dibawa oleh mobil off-road,” kata Nurhijrah. Ia berharap, ACT Banten juga ke depannya
dapat terus membantu masyarakat Kecamatan Lebakgedong yang terdampak oleh
banjir sampai masyarakat dapat kembali ke rumah mereka lagi.
Menghadapi banjir, masyarakat di
Lebak memang banyak yang mengungsi di tenda darurat yang terbuat dari terpal.
Seperti yang dilansir dari ANTARA Banten di Kampung Seupang, masyarakat banyak
yang mengungsi di tenda-tenda tidak layak huni karena terbuat dari terpal dan
plastik. Jika hujan, tenda menjadi bocor dan pengungsi kedinginan. Namun, jika tidak hujan dan
sinar matahari begitu terik, kondisi di dalam tenda menjadi sangat panas dan lembab.
Masyarakat berharap, Dinas Kesehatan setempat dapat kembali membuka posko pelayanan pengobatan agar warga yang tinggal di tenda pengungsian dapat terlayani tenaga medis. Mengingat mereka bisa tinggal di pengungsian selama empat hinga enam bulan sehingga rentan terserang berbagai macam penyakit. []