
ACTNews, WONOGIRI –
Ketika di berbagai wilayah saat ini sedang dilanda musim hujan hingga
menyebabkan banjir serta tanah longsor, tidak demikian dengan wilayah
Tirtomoyo, Wonogiri. Menjelang akhir Oktober ini, warga yang tinggal di sana
harus merasakan krisis air bersih akibat kekeringan. Sumber air bersih pun
masih minim. Untuk itu, tak sedikit warga yang memanfaatkan air yang ada di
kaki bukit, bahkan ada warga yang tinggalnya 1 kilometer dari sumber air.
Untuk
mendapatkan air dari sumbernya di kaki bukit pun tidaklah mudah. Setiap orang
harus mengantre karena yang membutuhkan air bukan hanya dari satu desa saja.
Biasanya, para ibu mengambil air ketika siang hari, dan para bapak yang bergantian
mengambil salah satu bahan penunjang kehidupan ini pada malam hari.
“Kami
di sini masih sangat membutuhkan air bersih. Walau hujan mulai turun, bukan
berarti krisis sudah selesai,” jelas Raji, Kepala Dusun Sentono, Tirtomoyo,
Wonogiri, Selasa (13/10).
Kondisi
krisis air bersih walau sudah hujan yang Raji maksud ialah, ketika masuk awal
penghujan, sumber air milik warga belum layak dikonsumsi. Pasalnya, air belum
banyak bertambah dan kondisinya menjadi keruh. Untuk itu lah, masih banyak
warga yang bertahan dengan sumber air di kaki bukit untuk keperluan hariannya.
Demi meredam dampak krisis air ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Solo pada pertengahan Oktober mendistribusikan bantuan air bersih. Sebanyak 8.500 liter air telah terdistribusi dari rencana 20 ribu liter air yang bakal dikirim. Air tersebut akan dikirim ke beberapa dusun yang mengalami dampak parah krisis air.
Medan yang harus dilalui saat mendistribusikan air di dusun yang ada di tirtomoyo, Wonogiri. (ACTNews)
“Warga
di Titomoyo saat ini membutuhkan bantuan air bersih dari daerah lain. Namun,
medan yang sulit membuat tak semua armada pengangkut air dan pengemudinya
berani untuk tiba ke permukiman yang ada di area perbukitan ini,” jelas Ardiyan
Sapto dari tim Program ACT Solo.
Untuk
sampai ke dusun-dusun yang terdampak kekeringan, medan yang dilalui berupa
jalan sempit yang hanya pas untuk satu mobil dengan kemiringan yang curam.
Selain itu, tak sedikit juga tikungan tajam yang langsung berhadapan dengan
jurang tanpa adanya pembatas dengan jalan. Hal ini yang membuat tak semua
kendaraan bisa sampai ke lokasi terdampak kekeringan dan pengemudinya pun harus
selalu hati-hati.
“Mengetahui
medannya, ACT Solo tidak menggunakan Humanity Water Tank karena jalan yang tak
memungkinkan. Kami menggunakan tandon air yang dibawa menggunakan mobil bak
kecil. Tim SAR dan relawan lokal pun ikut membantu dalam aksi bantuan air
bersih ini,” tambah Ardiyan.
Di
wilayah Solo Raya memang hingga hari ini masih ada yang mengalami krisis air
dampak kemarau. Ikhtiar ACT dengan mengirimkan air pun mendapatkan sambutan
baik dari warga. Mereka berharap, air dapat secara rutin datang, karena dengan
begitu, mereka tak perlu jauh-jauh mengambil ke sumber air atau merogoh kocek
yang dalam jika terpaksa membeli. Air yang terdistribusi merupakan hasil
sedekah masyarakat yang disalurkan melalui ACT.
“Hingga hari ini, ACT Solo masih membuka kesempatan bersedekah untuk keperluan air. Selain distribusi air bersih, kami juga memiliki program Sumur Wakaf yang manfaatnya bisa dinikmati sepanjang tahun,” jelas Ardiyan.[]