ACTNews, MAMUJU – Suparman, salah satu warga Lingkungan Puncak
Indah, Kelurahan Bebanga, Kaluku, Kabupaten Mamuju sejak pertengahan Januari
lalu menggantungkan kebutuhan hidupnya pada bantuan kemanusiaan, khususnya
pangan. Hal ini tak lepas dari bencana gempa bumi magnitudo 6,2 yang
mengguncang Mamuju pada Jumat (15/1/2021) lalu. Rumah Suparman sendiri
mengalami kerusakan ringan, sedangkan ekonominya turut terdampak karena hasil
kebun yang biasa ia jual sepi peminat.
Seperti Suparman, menggantungkan kebutuhan
pangan pada bantuan kemanusiaan juga dilakukan oleh 283 jiwa pengungsi Posko 8,
Desa Salutahonga, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene. Ratusan jiwa itu hingga
saat ini masih bertahan di tenda pengungsian. Rumah mereka mengalami kerusakan
serta rasa takut membuat penyintas memilih bertahan di kondisi yang
memprihatinkan. Bantuan pun jumlahnya terbatas, sehingga perlu pengelolaan yang
baik agar setiap jiwa mendapatkan makan dan tak menimbulkan konflik.
“Jumlah bantuan terbatas, sedangkan di sini
pengungsinya banyak. Jadi, dibuat aturan, setiap ada bantuan, pangan khususnya,
harus diserahkan ke gudang. Nanti setiap waktu makan, setiap keluarga akan
mendapatkan jatah makan yang sama. Ya, memang pangan sekarang jadi kebutuhan
mendesak dan jumlahnya mulai berkurang,” jelas Tahir, yang ditunjuk sebagai
kepala gudang, Jumat (29/1/2021) lalu.
Hal serupa juga dirasakan oleh penyintas yang
ada di Dusun Te’beng, Kelurahan Kasambang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju.
Hingga masuk bulan Februari, bantuan kemanusiaan, khususnya pangan, belum
merata mereka dapatkan. Di tempat ini ada sekitar 30 keluarga penyintas,
mereka jauh dari keramaian dan akses untuk ke sana cukup sulit ditempuh.
Ikhtiar pemenuhan pangan
Penanganan bencana yang dilakukan Aksi Cepat
Tanggap (ACT) di Sulawesi Barat hingga hari ini terus berlangsung. Walau masa
tanggap darurat telah ditutup, ACT terus mendampingi penyintas dengan bantuan
kemanusiaan yang terus dihadirkan. Pada awal Februari, Kapal Kemanusiaan untuk
Sulawesi Barat melempar sauh di Pelabuhan Belang-Belang, Mamuju dengan membawa
seribu ton bantuan kemanusiaan. Logistik ini akan didistribusikan untuk
mendampingi masa pemulihan.
Koordinator Posko Induk ACT di Mamuju Lukman
Solehudin, Senin (15/2/2021), mengatakan, sampai saat ini kebutuhan pangan
masih mendesak dipenuhi bagi para penyintas. Walau kondisi sudah berangsur
kondusif, akan tetapi ekonomi yang menjadi penopang kebutuhan pangan belum
sepenuhnya pulih. Hal tersebut selain karena pascabencana, juga karena masih mewabahnya
Covid-19 di seantero wilayah bencana Sulbar.
“Dengan bantuan yang dermawan salurkan
melalui ACT, kami di sini akan mendistribusikannya ke para penyintas, khususnya
mereka yang masih jarang mendapatkan bantuan,” jelas Lukman yang mengkoordinir
ratusan relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) yang tengah ditugaskan di
berbagai titik di Mamuju dan Majene.[]