
ACTNews, BATAM –
Natusha Almera Duka namanya. Di usianya yang saat ini menginjak 2 tahun, anak
bungsu dari 4 bersaudara ini, harus berjuang lebih untuk melanjutkan kehidupan.
Natusha dinyatakan mengalami gizi buruk dan jantung bocor.
Dalam
satu bulan, anak dari pasangan Dilla Sri Anggraini dan Dermatius Yohanus
Duka membutuhkan biaya Rp1 juta untuk membeli susu khusus. Biaya tersebut
dirasa berat bagi orang tua, apalagi ayah Natusha yang seorang mualaf hanya bekerja
sebagai buruh dengan gaji tak menentu, sedangkan sang ibu hanya ibu rumah
tangga.
Mengetahui
kabar tentang Natusha, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kepulauan Riau berikhtiar sejak
satu tahun lalu melakukan pendampingan. Lewat program Mobile Social Rescue, penggalangan
dana dilakukan melalui lama Kitabisa
dan dana yang terkumpul digunakan untuk pengobatan. Berbagai bantuan telah
diberikan, hingga pendampingan untuk pengobatan ke Jakarta.
“Setelah
beberapa waktu pendampingan, Natusha menunjukkan perkembangan yang baik, berat
badannya juga naik yang tadinya hanya 2,3 kilogram. Kontrol rutin hingga kini
pun terus berlangsung, serta bantuan asupan gizi,” jelas Khairul Hafiz dari tim
Program ACT Kepulauan Riau, Kamis (1/4/2021).
Hingga
kini, pendampingan dari tim ACT terus berlangsung untuk Natusha. Hasil pemeriksaan
terbaru, dokter menyarankan agar dilakukan terapi di rumah saja. Kebutuhan
terapi pun ACT penuhi menggunakan dana yang terhimpun dari masyarakat. Baby bouncer, nebulizer, kolam renang anak serta pelampung leher diserahkan pada
pekan lalu. Harapannya, lewat terapi ini mampu merangsang perkembangan baik.
“Kondisi
katup jantung juga sudah membaik, Natusha juga tidak konsumsi obat jantung
lagi,” tambah Khairul.
Natusha
merupakan satu dari banyak pasien yang merasakan manfaat program Mobile Social
Rescue-ACT. Sebelumnya, program ini juga sudah melakukan banyak pendampingan ke
pasien prasejahtera di seluruh Indonesia. Koordinator Program Mobile Social
Rescue Nurjanatun Naim mengatakan, pendampingan merupakan salah satu ikhtiar ACT
untuk masyarakat prasejahtera yang sulit mengakses layanan medis yang layak.
“Usaha
menghadirkan kesembuhan tak lepas dari peran dermawan. Kita semua bisa
mengambil peran penting ini, karena pada dasarnya kesehatan merupakan rezeki
yang sangat berharga,” ungkapnya.[]