
ACTNews, ALOR – Penduduknya
sebagian besar bekerja sebagai nelayan atau bertani di kebun. Kekayaan alam
menjadi harapan untuk melanjutkan kehidupan warga. Walau tak menghasilkan
pendapatan yang besar, warga tetap bertahan dengan pekerjaan itu. Kondisi ini menjadi sedikit gambaran warga yang menghuni Pulau Buaya di Kecamatan
Alor Barat Laut, Kabupaten Alor.
Keadaan itu telah mereka jalani secara terun-temurun. Berdasarkan data yang Aksi Cepat Tanggap (ACT)
kumpulkan, rata-rata penghasilan warga sebesar Rp1 juta hingga Rp1,5 juta per bulannya. Angka ini
dirasa warga belum mencukupi di tengah meningkatnya harga kebutuhan pokok.
Melihat kondisi ini, ACT berkolaborasi dengan Imtiyaaz Services Pte Ltd, perusahaan asal Singapura, mendistribusikan bantuan paket pangan ke warga yang tinggal di Kampung Ternate, Pulau Buaya. Sabtu (1/2), ratusan paket pangan diberikan ke 100 kepala keluarga prasejahtera yang mendiami perkampungan itu.
Bobby Sandra dari Tim Kemitraan - ACT mengatakan, bantuan paket pangan ini
diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat. Hal ini mengingat penghasilan warga masih rendah, sehingga mereka masih kekurangan dalam pemenuhan
kebutuhan pangan. Terlebih lagi warga juga memiliki beban untuk membeli
air karena tidak adanya sumber air bersih di sana.
“Semoga adanya paket pangan dari ACT dan Imtiyaaz Services Pte Ltd bisa meringankan beban warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya,” kata Bobby, Selasa (11/2).
Sebelumnya Imtiyaaz Services Pte Ltd berkolaborasi dengan ACT, tepatnya di Kabupaten Bogor, pada akhir Januari 2020 lalu mendistribusikan sebanyak 4 ribu makanan siap santap. Hidangan ini diberikan bagi warga prasejahtera dan sedang tertimpa bencana. Selain itu direncana Imtiyaaz Services Pte Ltd juga akan mendistribusikan makanan siap santap melalui hidangan Humanity Food Truck di Banten sebanyak 8 ribu porsi.
Sebanyak 100 paket pangan didistribusikan bagi 100 kepala keluarga di Pulau Buaya. Bantuan ini merupakan kolaborasi antara ACT dengan IMTIYAAZ SERVICES PTE LTD. (ACTNews)
Selain kebutuhan
pangan yang mendesak untuk dipenuhi, warga Pulau Buaya juga sangat memerlukan
sumber air bersih untuk konsumsi. Pulau Buaya rentan mengalami kekeringan,
tidak ada sumber air tawar di daerah itu. Selama ini, warga harus mengambil air
untuk konsumsi dari pulau tetangga dengan menyeberangi perairan. Pilihan lain
ialah membeli air dengan harga yang cukup mahal.
Dari hasil
keterangan warga, pernah ada upaya penggalian sumur dengan kedalaman maksimal
10 meter. Sumur yang dibuat warga merupakan sumur pasir. Sayang, sumur hanya
dapat mengeluarkan air asin. Warga Pulau Buaya tak berani untuk menggali sumur
lebih dalam lagi karena khawatir longsor dari dinding sumur yang terdiri dari
pasir.
Kini, selain paket pangan, warga berharap adanya bantuan pipanisasi atau teknologi yang dapat menemukan sumber air tawar di kampungnya. Harapan ini agar warga mudah mengakses air bersih tanpa perlu harus menyeberang ke pulau sebelah menggunakan perahu atau membeli air dengan harga yang tinggi. []