
ACTNews, AMMAN –
Yordania dianggap sebagai negara yang stabil dan damai, terutama jika
dibandingkan dengan negara tetangganya seperti Suriah dan Palestina. Namun,
fakta-fakta ekonomi dan kemakmuran Yordania tak lantas menjamin kehidupan
jutaan jiwa pengungsi Palestina di sana.
Data yang dihimpun Global Humanity Network (GHN) dari Aksi
Cepat Tanggap (ACT), Yordania menampung sekitar 2,2 juta pengungsi Palestina.
Mereka tersebar di 10 kamp pengungsian yang terletak di berbagai wilayah negara
seluas 89,342 kilometer persegi tersebut.
Firdaus Guritno dari tim GHN-ACT menjelaskan, para pengungsi
Palestina hidup jauh dari kesejahteraan sosial. Terkungkung warisan kemiskinan
dan memiliki status sebagai pengungsi, membuat mereka kesulitan memperoleh
berbagai fasilitas penunjang kehidupan yang layak. Seperti layanan kesehatan
dan pendidikan.
"Mayoritas para pengungsi merupakan orang-orang
Palestina yang diusir paksa oleh zionis dalam peristiwa Nakba pada tahun 1948.
Saat ini, para pengungsi adalah generasi ke empat dan lima, dari mereka yang
pertama kali datang untuk mengungsi di Yordania," ujar Firdaus, Kamis
(26/5/2022).
Meski para pengungsi dan warga asli Yordania hidup
berbarengan dan kerap berbagi kesempatan pekerjaan untuk menyambung hidup,
namun orang-orang Palestina terikat status 'pengungsi', dan membuat mereka
tidak bisa memperoleh pekerjaan formal. Hal ini membuat para pengungsi hanya
memiliki pekerjaan informal dengan pendapatan alakadarnya. Imbasnya,
penghasilan minim membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari,
termasuk pangan.
Zakat dari Indonesia, Sampai ke Yordania
Dari Jakarta ke Yordania, Global Zakat-ACT menjalin
korespondensi dengan pemerintah Indonesia dan Yordania untuk menyampaikan
amanah para muzaki untuk para pengungsi Palestina di Kota Amman, yang merupakan
ibu kota Yordania.
Zakat para dermawan telah Global Zakat salurkan dalam bentuk
paket pangan. Dengan berat puluhan kilogram tiap paketnya, bantuan pangan ini
berisi berbagai kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan pangan pengungsi satu
bulan ke depan. Sedikitnya 600 pengungsi di Kamp Al-Wahda menjadi penerima
manfaat dalam aksi ini.
"Paket ini berisi minyak, gula, beras, daging kaleng,
kacang-kacangan, kurma, pasta, susu, lain sebagainya. Insyaallah, bantuan ini
bisa mengurangi beban para pengungsi yang telah lama dibelenggu berbagai
permasalahan kemanusian," ujar Firdaus yang turut datang langsung ke
Yordania untuk membantu proses distribusi.
Bantuan Indonesia untuk pengungsi Palestina ini pun mendapat
apresiasi besar dari perwakilan parlemen Yordania, Ahmad Ousho Dawyama. Dawyama
mengucapkan terima kasih kepada Global Zakat dan pemerintah Indonesia atas
bantuan yang dikirimkan. Sebab, menurutnya belum banyak pihak yang memperhatikan
nasib pengungsi Palestna yang bernaung di Yordania.
"Tentu ini adalah program yang sangat bagus untuk pengungsi, dan kami berharap program ini akan terus berlanjut karena para pengungsi sangat membutuhkan bantuan ini. Para pengungsi Palestina yang tinggal di Yordania sangat banyak sejak tahun 1948 hingga sekarang. Belum banyak yayasan kemanusiaan lain yang memberikan bantuan kemanusiaan ke para pengungsi di Yordania," ucap Dawyama. []