
ACTNews, JAKARTA – Zakat
fitrah merupakan zakat diri yang diwajibkan atas seluruh umat muslim yang
berkemampuan, sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Zakat fitrah
dikeluarkan pada bulan Ramadan atau paling lambat sebelum umat muslim
menunaikan salat id.
Selain untuk mensucikan diri setelah menunaikan ibadah selama Ramadan, zakat fitrah juga dapat
dimaknai sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat prasejahtera, serta
berbagi rasa kebahagiaan dan kemenangan di hari raya.
Melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT), zakat fitrah pun tidak
hanya disalurkan ke para mustahik di dalam negeri, namun juga mereka yang
berada di negara-negara yang tengah mengalami krisis kemanusiaan. Seperti pada
Ramadan kemarin, zakat fitrah dari para muzaki di Indonesia, telah ditunaikan
ke lima negara.
Distribusi pertama dilakukan pada 29 April lalu di Palestina. Dana zakat diberikan ke 2.165 penerima manfaat di beberapa titik di Gaza. Di antaranya yaitu di Syekh Radwan di Kota Gaza, dan Om Al-Nasr serta Jabalia di Gaza Utara. Selain dalam bentuk dana langsung, sebagai zakat para muzaki juga disalurkan ke dalam bentuk pemberian berbagai kebutuhan pokok para keluarga di sana.
Menyusul Palestina, zakat fitrah juga serentak disalurkan ke
negara lainnya pada 1 Mei 2022. Di antaranya yaitu di Kota Marib, Yaman, Kota
Idlib di Suriah, dan untuk pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh.
"Bahkan zakat fitrah ini juga kami sampaikan hingga
benua Afrika, yakni untuk 450 pengungsi internal Somalia di Kamp Alhidaaya di
Garasbaley, Mogadishu," ujar Andi Noor Faradiba dari Global Humanity Network
ACT, Senin (9/5/2022).
Selain untuk kalangan pengungsi dan masyarakat prasejahtera,
zakat fitrah kali ini juga menargetkan anak-anak yatim, serta keluarga yang
telah kehilangan sosok pencari nafkah. Mayoritas dari keluarga-keluarga
tersebut sangat mengandalkan bantuan masyarakat internasional untuk bisa
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Secara keseluruhan, 4.965 penerima manfaat terjangkau
dalam penyaluran dana zakat fitrah ini. Masyarakat Palestina dan pengungsi
Rohingya menjadi yang terbanyak, dengan masing-masing melebihi dua ribu
penerima manfaat," jelas Faradiba. []