
ACTNews, BAYAN-ÖLGII – Ratusan paket sembako bertumpuk di salah satu
bangunan di Provinsi Bayan-Ölgii, Mongolia. Berbagai
bahan makanan pokok terdapat di dalamnya. Paket-paket tersebut yang ikut menggembirakan
suasana Lebaran beberapa keluarga di Provinsi Bayan-Ölgii pada Sabtu (23/5) dan Ahad (24/5)
lalu.
Sekitar 242 keluarga menjadi penerima manfaat dari hadirnya program yang bersumber dari zakat mal warga Indonesia ini. Para penerima manfaat adalah warga muslim prasejahtera yang mesti merayakan Lebarannya di tengah kesulitan akibat pandemi seperti sekarang ini, di mana negara mereka memberlakukan karantina ketat.
“Sebab kita tahu
bahwa dalam kondisi pandemi ini semuanya serba sulit. Oleh karenanya kita ingin
membantu masyarakat di Bayan-Ölgii yang terdampak kesulitan tersebut. Kita
menghadirkan paket-paket sembako untuk mereka agar bisa ikut menikmati hangatnya
Idulfitri tahun ini,” jelas Firdaus Guritno dari Tim Global Humanity Response (GHR) – ACT.
Dengan hadirnya paket-paket bantuan ini, Firdaus berterima kasih kepada para dermawan yang telah mengamanahkan kepeduliannya, “Semoga paket Lebaran ini dapat menghibur hari raya mereka,” ujar Firdaus.
Paket pangan yang siap didistribusikan untuk warga Ölgii. (ACTNews)
Seperti dilansir Detik, Selasa (26/5) lalu, Mongolia yang terletak di antara Rusia dan Cina, menjadi salah satu negara pertama di dunia yang menutup perbatasan saat wabah virus corona mulai menyebar. Perbatasan Mongolia diketahui ditutup sejak 12 Maret lalu.
Universitas,
sekolah, dan TK di Mongolia masih akan ditutup sampai bulan
September mendatang. Konferensi dan unjuk rasa dilarang, sementara anak-anak
berusia di bawah 12 tahun tidak diperbolehkan mengunjungi mal atau restoran.
Setiap orang yang beraktivitas di luar rumah juga diwajibkan memakai masker.
"Negara ini
akan mempertahankan aturan karantina hingga vaksin (virus corona)
tersedia," tegas Perdana Menteri (PM) Mongolia, Kurelsukh Ukhnaa, kepada
wartawan setempat.
Tetapi karantina juga menghadirkan masalah baru dari
segi ekonomi. Seperti diungkap oleh The National, pusat pengujian dan karantina
Covid-19 telah didirikan di Ölgii dan sejauh ini semua hasilnya negatif.
Tetapi, selama dua dekade terakhir, warga telah mengalihkan mata pencaharian mereka untuk fokus pada industri pariwisata negara yang berkembang pesat. Beberapa orang Kazakh memasukkan semua sumber dayanya ke dalam ekonomi yang sekarang terhenti. Setiap tahun, Festival Elang akan membawa sekitar 6.000 wisatawan ke provinsi pegunungan. Tanpa usaha ini, banyak orang Kazakh di Mongolia bertanya-tanya bagaimana mereka akan memberi makan keluarga mereka. []